Cara Petani Menanam Tembakau Hingga Panen: Juga Perlindungan Hama dan Penyakit

Petani
Foto: sumber google gambar

Tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan pertanian di berbagai daerah Indonesia, seperti Madura, Jember, Bondowoso, Temanggung, dan Lombok Timur. Tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak petani. Meski begitu, budidaya tembakau memerlukan ketelatenan, teknik khusus, serta pemahaman terhadap kondisi iklim, jenis tanah, hingga teknik pascapanen. Artikel ini akan mengulas secara lengkap bagaimana cara petani menanam tembakau mulai dari tahap pembibitan hingga siap panen.


1. Persiapan Lahan

a. Pemilihan Lokasi

Tembakau membutuhkan sinar matahari yang cukup dan tidak terlalu banyak air. Oleh karena itu, lokasi yang cocok biasanya berada di dataran rendah hingga sedang, dengan curah hujan sedang hingga rendah dan tanah yang memiliki drainase baik. Tanah lempung berpasir yang gembur dan kaya bahan organik sangat disukai.

b. Pengolahan Tanah

Tanah diolah dengan cara dibajak dan digaru agar gembur. Tujuannya adalah untuk membunuh gulma, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan aerasi. Biasanya pengolahan dilakukan dua kali: pertama dibajak untuk membalik tanah, lalu digaru untuk meratakan permukaan. Setelah itu, dibuat bedengan atau larikan untuk memudahkan penanaman.


2. Pembibitan

a. Pemilihan Benih

Benih tembakau yang digunakan harus berasal dari varietas unggul yang tahan penyakit, cocok dengan iklim setempat, dan memiliki produktivitas tinggi. Beberapa varietas unggulan antara lain: Virginia, Na-Oogst (NO), Temanggung, dan Madura.

b. Persemaian

Benih direndam selama 24 jam, lalu disemai pada media semai yang telah dipersiapkan. Media semai biasanya berupa campuran tanah halus dan pupuk kandang. Area persemaian diberi naungan dari daun kelapa atau plastik UV agar tidak terkena hujan langsung dan sengatan matahari berlebih. Selama 30–40 hari, benih akan tumbuh menjadi bibit setinggi 10–15 cm dengan 5–7 helai daun siap tanam.


3. Penanaman

a. Penentuan Pola Tanam

Petani biasanya menanam tembakau secara monokultur, dengan jarak tanam yang umum 70 x 40 cm atau 80 x 50 cm, tergantung varietas. Tujuan dari jarak ini agar tanaman tumbuh optimal dan mempermudah perawatan.

b. Penanaman Bibit

Bibit ditanam di sore hari untuk menghindari stres akibat panas. Lubang tanam dibuat sedalam ±5–7 cm, lalu bibit dimasukkan dan ditutup tanah. Setelah tanam, penyiraman dilakukan secukupnya, terutama pada minggu pertama.


4. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Dalam 7–10 hari setelah tanam, petani melakukan penyulaman atau mengganti tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal dengan bibit cadangan.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin terutama pada fase awal. Tembakau tidak memerlukan banyak air, sehingga irigasi dilakukan seperlunya.

c. Penyiangan

Gulma atau rumput liar disiangi secara manual atau menggunakan alat pertanian ringan. Gulma yang dibiarkan akan bersaing dengan tanaman dalam hal nutrisi, cahaya, dan air.

d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan beberapa kali, antara lain:

  • Pupuk dasar: diberikan sebelum tanam berupa pupuk kandang matang dan pupuk fosfat (TSP/SP36).
  • Pupuk susulan: diberikan 2–3 kali selama pertumbuhan menggunakan pupuk nitrogen (Urea), kalium (KCl), dan kadang magnesium (MgSO4) jika diperlukan.

e. Perempelan (Pemangkasan)

Perempelan dilakukan dengan cara memangkas daun bagian bawah atau tunas samping yang tidak produktif, agar pertumbuhan daun utama maksimal. Proses ini juga membantu meningkatkan kualitas daun tembakau.

f. Perlindungan Hama dan Penyakit

Hama utama pada tembakau antara lain ulat grayak, kutu daun, dan penggerek batang. Penyakit yang sering menyerang adalah bercak daun, busuk akar, dan mosaik. Pengendalian dilakukan secara terpadu melalui rotasi tanaman, penggunaan pestisida alami atau kimia, serta sanitasi lahan.


5. Pemangkasan Kuncup (Topping)

Setelah tanaman memasuki fase generatif (sekitar 45–60 hari setelah tanam), kuncup bunga yang muncul di ujung tanaman dipangkas. Proses ini disebut topping, bertujuan untuk mengalihkan energi tanaman dari pembentukan bunga ke pertumbuhan daun agar daun lebih lebar, tebal, dan berkualitas tinggi.


6. Panen

a. Kapan Waktu Panen?

Tembakau mulai siap panen sekitar 90–120 hari setelah tanam, tergantung varietas dan kondisi iklim. Panen dilakukan bertahap, dimulai dari daun paling bawah (daun sandaran), ke tengah (daun lumbung), dan atas (daun pucuk).

b. Ciri-ciri Daun Siap Panen

  • Warna daun menguning.
  • Tekstur daun lebih lemas dan lentur.
  • Daun terasa berat dan aromanya mulai khas.
  • Ujung daun mulai melengkung.

c. Teknik Panen

Pemanenan dilakukan secara manual dengan mencabut atau memetik daun satu per satu sesuai urutan kematangan. Panen biasanya dilakukan pagi hari agar daun tidak terlalu layu. Daun dikumpulkan, diikat, dan dibawa ke tempat pengolahan.


7. Pasca Panen: Pengolahan dan Pengeringan

a. Pengeringan

Setelah panen, daun tembakau dijemur atau dikeringkan menggunakan alat pengering. Ada beberapa metode:

  • Penjemuran matahari (natural curing): Daun digantung atau disusun di para-para dan dijemur selama 5–7 hari.
  • Curing barn: Menggunakan ruangan tertutup dengan suhu dan kelembapan terkendali.

Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air daun hingga ±15% agar tidak busuk dan tahan simpan.

b. Fermentasi

Beberapa jenis tembakau seperti Virginia dan Cigar leaf memerlukan fermentasi untuk meningkatkan aroma, rasa, dan warna. Proses ini bisa berlangsung 1–3 bulan dalam ruang tertutup.


8. Sortasi dan Pengemasan

Setelah kering, daun tembakau disortir berdasarkan:

  • Ukuran dan bentuk.
  • Warna daun.
  • Tingkat kerusakan atau cacat.

Daun tembakau kemudian dikemas dalam bentuk bal atau ikatan sesuai standar pasar, lalu disimpan dalam gudang kering sebelum dijual ke pabrikan atau tengkulak.


9. Pemasaran

Tembakau hasil panen biasanya dijual melalui:

  • Lelang tembakau: Khusus tembakau rakyat seperti Madura atau Temanggung.
  • Kemitraan dengan pabrik: Sistem kontrak atau plasma dengan perusahaan rokok.
  • Penjualan langsung ke tengkulak atau pasar lokal.

Harga tembakau sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh kualitas, jenis, dan permintaan pasar. Oleh karena itu, petani harus pandai menjaga mutu dan menjalin hubungan baik dengan pembeli.


10. Tantangan dan Solusi

Tantangan:

  • Ketergantungan pada cuaca.
  • Harga jual tidak stabil.
  • Modal produksi tinggi.
  • Hama dan penyakit.
  • Kurangnya akses pasar dan teknologi.

Solusi:

  • Diversifikasi usaha (menanam tanaman sela).
  • Bergabung dengan kelompok tani atau koperasi.
  • Akses ke pelatihan dan penyuluhan pertanian.
  • Teknologi irigasi tetes dan pengeringan modern.
  • Penguatan kemitraan dan sistem lelang tembakau.

Penutup

Budidaya tembakau memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan ketekunan tinggi. Dari proses awal pembibitan, pengolahan lahan, perawatan tanaman, hingga panen dan pengolahan pasca panen, semuanya menentukan kualitas dan nilai jual tembakau. Meskipun penuh tantangan, tembakau tetap menjadi pilihan utama bagi banyak petani di Indonesia karena nilai ekonominya yang tinggi, terutama jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan.

Dengan dukungan teknologi, penyuluhan, dan pasar yang adil, budidaya tembakau bisa menjadi sumber penghidupan yang layak sekaligus berdaya saing di tengah dinamika pertanian modern.